Sabtu, 23 Januari 2021

Sejarah Desa Talang Batu

  Cerita Asal Usul Rakyat Desa Talang Batu

Asal usul Desa Talang Batu,yaitu nenek moyang kami dari Pengandonan Ogan Ulu, Batu Raja.
Nama Orang Tua Puyang kami adalah KURUNGAN DEWA Istrinya DARMA SINTO.
Mempunyai enam orang putra antara lain :
1. Puyang yang pertama. Semengok,tinggal di desa pengandonan Batu Raja ( Tunggu tubang.)
2. Puyang yang ke dua ke Ogan Ilir.
3. Puyang yang ke tiga ke Semende Darat.
4. Puyang yang ke empat yaitu Puyang kami, pergi ke Rambang. Namanya SEMIDANG SAKTI
5. Puyang yang ke lima ke Bengkulu dan puyang yang terakhir.
6. Puyang yang ke enam ke Besemah Pagar Alam.

Pada suatu hari ke enam saudara (kakak –adik) tersebut pergi merantau ke Daerah Danau Ranau, untuk mencari pengalaman di luar desa mereka terutama ingin mencari jodoh,tanpa sepengetahuan orang tua mereka. karena kelelahan ke enam saudara tersebut istirahat sejenak di bawah rindangnya pohon sambil menikmati indahnya pemandangan Danau Ranau.ketika istirahat itulah terlintas dibenak mereka ingin mencoba perguruan yaitu MINYAK SEMENGOK yang di berikan oleh ayah mereka dan ingin mencoba kemukjizatannya. dari ke enam saudara tsb mufakat untuk saling pancung kepala mereka masing –masing (bergiliran) mulai dari yang paling muda di pancung dan di tempelkan kembali seperti biasa dan ternyata hidup kembali, karena di beri minyak pemberian ayah mereka. setelah yang terakhir yaitu Puyang semengok kakak yang tertua di pancung, Puyang semengok pasrah saja karena adik – adiknya sudah semua. Ketika di pancung kepala Puyang semengok jatuh ke Danau Ranau tidak dapat diambil lagi oleh adik adiknya. Karena hilang tengelam di Danau ranau.adik –adik Puyang semengok bingung takut di marah oleh ayah mereka, karena tidak dapat menemukan kepala puyang semengok,ketika di perjalan pulang mereka melihat seekor simpai (sejenis kera,monyet yang berbulu putih) sedang bermain di atas pohon..dan tanpa piker panjang lagi di putuskan untuk memancung kepala simpai tersebut untuk di tempelkan kembali ke raga puyang semengok,jadilah puyang semengok berkepala simpai. sampai sekarang simpai (kera berbulu putih) masih ada di Desa TALANG BATU, konon simpai tersebut megikuti jejak adik –adiknya,dan tidak boleh di bunuh oleh anak- cucung PUYANG SEMIDANG SAKTI. setelah di tempelkan kepala simpai ke raga puyang se mengok lalu di beri miyak pemberian ayah mereka. tak lupa diberi kain putih (emban) sebagai pembungkusnya,tapi karena rasa takut dan bersalah masih menghantui mereka, puyang semengok disuruh pulang sendirian menemui ayah mereka di Desa Pengandonan Batu Raja.setelah tiba di desa pengandonan, puyang semengok menemui ayahnya dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.setelah mendengar cerita anak tertuanya KURUNGAN DEWA dan istrinya DARMASINTO jatuh sakit,ketika menjelang ajal merengut nyawa beliau sedih,haru,bercampur amarah. berpesan kepada puyang semengok. kamu harus bertangung jawab terhadap adik2mu.dan suruh mereka pulang katakan kepada mereka bahwa kami masih menunggu kehadiran mereka,kebun, sawah,kerbau jantan-betina dan gugok (kebun buah2han seperti duku,durian cempedak ) jangan di ganggu. Kami persiapan untuk mereka pulang nanti siapa pun yang datang asal anak cucung KURUNGAN DEWA dan istrinya DARMASINTO. tanpa membantah sedikitpun puyang semengok melaksanakan apa yang di perintahkan oleh ayahnya,puyang semengok bersumpah didalam hati disitu ada adiknya disitu pula ada aku. Untuk membujuk adiknya pulang ke Desa pengandonan Batu Raja. terbukti sampai sekarang di Desa Talang Batu masih banyak kita temui simpai sejenis kera atau monyet yang berbulu putih bersih. tempat tidurnya di atas pohon KAYU ARA tepat di atas makam puyang SEMIDANG SAKTI. Sampai sekarang di yakini simpai tersebut kakak dari puyang SEMIDANG SAKTI yakitu PUYANG SEMENGOK dari Desa Pengandonan Batu Raja. Sedangkan adik – adik puyang yang kita ceritakan tadi tidak berani pulang kerumah, karena takut di marahi ayah mereka. di putuskan lagi untuk berpencar dan mencari kehidupan masing – masing,seperti yang kami ceritakan di atas tadi. di mana adiknya yang nomor empat yaitu PUYANG SEMIDANG SAKTI pergi ke Rambang. PUYANG SEMIDANG SAKTI anak dari KURUNGAN DEWA istrinya DARMASINTO asal dari DEMAK (JAWA) PUYANG SEMIDANG SAKTI Pergi ke Rambang dengan maksud dan tujuan mendirikan Dusun yang diberi Nama GALANG BATU Pada tahun 1683. Dengan membawa empat buah Batu,dan GETOK sejenis alat komunikasi yang terbuat dari GANGSE besi KUNINGAN.gunanya untuk kesenian dan tari – tarian diemban (GENDONG) Pakai samban,yaitu kain panjang untuk mandi (BASAHAN) sedangkan batu Gunanya untuk di pasang dibawah tiang pondok (panggung) rumah PUYANG SEMIDANG SAKTI. sedang kan ayam jagok gunanya untuk memukul getok dengan cara diberi makanan beras kunyit-ketan itam di masukkan ke dalam lubang getok dan akan menghasilkan bunyi-bunyian dan tari-tarian.


PUYANG SEMIDANG SAKTI Mempunyai Tiga orang putra yaitu :

1. Puyang Agus nimbang.
2. Puyang Agus Encane.
3. Puyang Agus Semarang.

Yang mana berkembang menjadi anak cucung dan Juriat PUYANG SEMIDANG SAKTI Di Desa GALANG BATU sampai sekarang. Setelah ramai GALANG BATU diganti Nama oleh MILITER BELANDA dengan Nama Desa TALANG BATU Tahun 1908. Sedangkan PUYANG SEMIDANG SAKTI diganti dengan Nama RIE GAJAH MADE (SEMADE) yang artinya SAME ADE Ada cerita yang sangat melegenda di kalangan masarakat Desa Talang Batu yaitu Ketika PUYANG SEMIDANG SAKTI (SEMADE) mengadakan sedekah dusun,PUYANG mempunyai GETOK sejenis alat komunikasi yang terbuat gangse besi kuningan. pada zaman itu digunanya untuk menggumpulkan masarakat, dan ayam JAGOK sebagai pemukulnya,cara mengunakan alat komunikasi ini lubang GETOK di beri beras kunyit dan ketan hitam agar supaya JAGOK makan di dalam lubang GETOK,ternyata suara ayam JAGOK tadi menghasilkan suara yang nyaring bunyinya, sampai terdengar ke pelosok – pelosok dusun. Konon ceritanya setelah banyak masarakat yang terkumpul baik anak,cucung PUYANG SEMIDANG SAKTI maupun yang lain. Semuanya berkumpul untuk melaksanakan (perayaan) sedekah dusun tersebut, dengan mengadakan tari-tarian yang diiringi oleh alat musik gamelan dan lain sebagainya , Akan tetapi ada yang terlupakan oleh mereka. yaitu diantara para masarakat itu sendiri,ada seorang anak kecil yatim –piatu tidak ada yang menghiraukannya ( menegor) atau menyapanya untuk diajak makan dan minum dalam acara tersebut. maka oleh sebab itu anak yatim – piatu tersebut tersingung,dan pergi meninggalkan orang –orang yang sedang merayakan sedekah dusun dengan menghampiri GETOK dan AYAM JAGOK ,karena ANIMISME (kepercayaan kepada benda – benda dan pohon-pohon) masih sangat kuat pada masa itu. sambil berlalu anak yatim-piatu tersebut berkata. “HAI GETOK dan JAGOK “ jangan kamu BUYAN (TOLOL) .kambing itu bukan kambing ULUNG SULANG, itu hanya diberi kapur sirih saja. mendegar kata – kata anak yatim – piatu tersebut GETOK dan JAGOK marah ,GETOK mengamuk lepas dari talinya, lari ke Sungai Rambang jadi BUAYA KUNING ,atau masarakat TALANG BATU mengenalnya dengan Nama BUAYE GETOK GANGSE. di yakini masih ada sampai sekarang ini, tempatnya di lubuk KETAK LIMAU KUNCI,pangkalan PUYANG mandi. diulu dusun sungai Rambang. Untuk memangilnya anak cucung PUYANG SEMIDANG SAKTI cukup menghamburkan beras kunyit - ketan hitam ke sungai Rambang. sedangkan JAGOK terbang menjadi burung DAGOK,Tanda-tanda nya DAGOK akan datang dan pulang bila ada ke kacauan di Desa Talang Batu. ciri –cirinya yaitu kakinya berantai emas tiga buku,paruhnya kuning -kakinya juga kuning, kalau lain dari pada itu bukan burung DAGOK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar